Semakin Dewasa, Dirimu Semakin Menjadi Alien.

Tulisan ini berasal dari sebuah kegelisahan bahwasanya semakin kita dewasa, kita adalah alien-alien yang kesepian dan minta diperhatikan. Terkadang dalam diam, kita meratapi bahwa bahasa-bahasa kita tidak mampu menjangkau semua orang. Bahwa bahasa-bahasa yang kita dulu sering gunakan perlahan menjadi tak lebih dari renungan dan lamunan. Iya. Semakin kita dewasa, diri kita semakin menjadi alien.

Ya tentu saja alien ini bukan makhluk extraterresterial. Alien kan sebenarnya makhluk yang tidak dikenal. Oxford Online Dictionary mendefinisikan alien sebagai a person who is not a citizen of the country in which they live or work dan a creature from another world. Jelas bahwasanya alien adalah orang-orang yang tidak dikenal dalam suatu lingkungan. Saya cukup percaya bahwa semakin kita bertumbuh dewasa, kita perlahan menjadi alien. Kok bisa? Iya karena semakin kita bertumbuh dewasa, kita semakin jauh tersesat ke dalam sistem-sistem pengetahuan, sosial yang sebenarnya justru menjauhkan kita dari diri kita sendiri. Kita ini didefinisikan atau dianggap ada jika ada orang-orang di sekitar kita. Menjadi dewasa berarti menjadi semakin sepi. Menjadi sepi itu sendiri dan berani memeluk kesepian. Sebab itu adalah sebuah kenyataan yang tidak terelakkan sejak kita lahir. Kita lahir sendirian dan akan mati juga sendirian.

Lalu bagaimana perasaan menjadi alien itu sendiri? Mungkin bukan secara fisiologis, tetapi dari segi perasaan eksistensial yang muncul tiba-tiba ketika kita beranjak dewasa. Gap generation adalah kata yang cukup pas untuk menjelaskan bagaimana menjadi alien itu sendiri walau istilah ini juga malah mengaburkan perasaan keterasingan itu sendiri. Seolah-olah ada orang di luar sana yang mengalami hal yang sama. Tetapi sialnya, kita tidak mampu berkomunikasi dengan orang-orang yang bahkan berada dalam generasi yang sama. Ya tentu karena kondisi kehidupan, sosial dan ekonominya juga berbeda. Kita berpura-pura untuk tidak terasing dengan membicarakannya dan berharap ada orang-orang yang mampu memahami bagaimana menjadi dewasa itu pada akhirnya terjebak dalam perasaan keterasingan yang tidak berkesudahan. Maka wajar jika semakin kita dewasa dan tua, kita semakin sering untuk mengulang-ulang peristiwa di masa lalu sebab masa depan terlalu menakutkan untuk kita bayangkan. Jangankan masa depan, masa sekarang pun sudah terasa hambar dan asing rasanya.

Maka kegelisahan ini aku coba tuangkan dan tuliskan disini. Tentu tulisan ini juga dalam rangka berpura-pura tidak kesepian dan berpura-pura untuk tidak berada dalam kondisi terasing. Bahkan ketika berbicara dengan diri sendiri pun, rasanya tetap asing. Terlalu banyak hal-hal dan ruang yang ada di dalam diri berubah dan benar-benar tidak teridentifikasi. Sering pula terkejut dengan keputusan-keputusan sehari-hari yang nampaknya cukup tidak logis untuk dibayangkan. Sering pula terkejut dengan hal-hal yang terjadi di dalam diri sendiri dan mempertanyakan dari mana situasi yang demikian asing mampu terbentuk?

Tapi itu semua wajar. Sebab proses identifikasi manusia memang begitu adanya. Banyak filsuf dan pemikir yang hingga hari ini pun tidak mampu mendefinisikan manusia. Ya karena kata “manusia” itu sendiri memiliki begitu banyak makna dan begitu banyak kondisi sehingga kita tidak mampu untuk mengurungnya dalam satu pengertian. Kata “manusia” terlampau kompleks dan rumit untuk kita kurung dalam satu pengertian yang sederhana. Maka dari itu menjadi wajar pula jika identitas kita masing-masing pun sulit untuk kita kurung dalam definisi yang pas, logis dan sesuai keinginan. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus menerima bahwa identitas kita terlampau dinamis untuk sekadar dibicarakan dalam satu atau dua kata saja. Ia terlampau luas, kompleks dan dinamis. Jika ada satu orang yang mampu memberikan definisi atas dirinya sendiri, mungkin ia memang sengaja membatasi kehidupannya dan sengaja tutup mata atas keinginan-keinginan yang bisa saja terjadi di luar definisi dan “kurungan” yang ia ciptakan sendiri. Identitas kita mungkin saja seperti spora jamur yang tersebar kemana-mana dan tumbuh begitu saja tergantung pada dua faktor besar nature dan nurture.

Maka pada akhirnya memang kita harus mengakui bahwa semakin kita bertumbuh dewasa, kita adalah alien-alien yang sungguh kesepian. Kita adalah orang asing bahkan bagi diri kita sendiri. Tugas kita hanya berusaha untuk mengenalnya dan pada akhirnya menerima alien-alien ini yang tumbuh dalam keseharian kita.

Tinggalkan komentar